About this blog

TENTANG KOPAJA (KOmunitas Peduli Anak JAlanan)

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan) adalah komunitas yang bergerak dalam memanusiakan anak jalanan melalui pendidikan dan program-program pemberdayaan.

Pesantren Kilat Anak Jalanan (KOPAJA)

Komunitas Peduli Anak Jalanan (KOPAJA) memiliki salah satu misi untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa anak jalanan. Melalui misi KOPAJA yang satu ini kami mengajak dan merangkul seluruh masyarakat .

Selasa, 22 Februari 2011

Listening to Haris Isa - Misteri (Best Nasyid)

fresh2 by lover84


Nasyid ini diambil dari album perdana Haris Isa (vokalis Shaff-fix).
Begitu Inspiratif terinspirasi dari Ayat Qur'an Al Baqarah 216,
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."(iswandibanna)



Haris Isa - Misteri


Setiap orang terkadang bimbang memutuskan
Pilihan terbaik yang akan dilakukan
Bila dihadapkan pada berbagai persoalan
Yang memang terasa berat untuk dipecahkan


Berhati-hatilah melangkah, fikirkanlah
Mungkin semua yang tampak nyata,
fatamorgana


Jangan cari jawaban tergesa, sementara
Bisa jadi salah arah dan menyesatkan
Serahkan semua tanya hanya kepada Nya, karena

Reff:
Kadang menyukai sesuatu, padahal buruk bagimu
Kau takkan pernah tahu
Kadang membenci sesuatu, padahal baik bagimu
Hanya Dia yang tahu

Serahkan semua tanya hanya kepada Nya

HARIS ISA - KEIMANAN


Andai matahari di tangan kananku
Takkan mampu mengubah yakinku
Terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati
Bilakah rembulan di tangan kiriku
Takkan sanggup mengganti imanku
Jiwa dan raga ini apapun adanya

Andaikan seribu siksaan terus melambai-lambaikan derita yang mendalam
Seujung rambut pun aku takkan bimbang
jalan ini yang kutempuh
Bilakah ajal kan menjelang jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
Cintaku hanya untukMu tetapkan muslimku selalu
"Keimanan - Shaffix"

ZERO NASYID

Bermula dari kesamaan hobby, bakat serta pengalaman dari berbagai team Nasyid. Ditambah dengan adanya kesamaan ‘impian’ untuk memiliki team nasyid yang solid sebagai wadah perjuangan dalam mensyi’arkan ISLAM yang universal, agar dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja. Segala perbedaan karakter dan latar belakang yang ada, terjalin indah dalam sebuah Team Nasyid yang secara resmi terbentuk pada tanggal 1 Januari 2006 yang mereka sebut “ZERO”, yang menurut Hendri (salah seorang personil ZERO), nama tersebut dipilih sebagai motivasi, "betapapun mungkin kami tak mempunyai nilai apa-apa, tapi kami akan terus berjuang untuk memberi arti bagi kehidupan ini. Sebagaimana angka nol yang meski tak mempunyai nilai tapi mampu memberi arti yang tak terhingga. Juga untuk mengingatkan, bahwa kami bukan apa-apa, hanya DIA-lah yang maha segala-galanya." Ungkapnya.

Konsep yang diusung ZERO dalam bernasyid ialah universalitas. ZERO mengangkat tema-tema Perjuangan, Keagungan ALLAH, Kemanusiaan, dan -tentunya- Cinta yang dikemas dengan mengadopsi musik Pop, R&B, Hip-Hop, dan sedikit sentuhan orkestra. Dengan konsep ini, ZERO berharap dapat lebih mudah menyampaikan “pesan-pesan” yang terkandung dalam lirik-lirik nasyid yang dibawakan, sehingga mampu menginspirasi siapapun yang mendengarnya.(
zero nasheed)


NASYID ZERO SONG.............


ZERO 1
zero 2
ZERO 3
ZERO 4
ZERO 5
ZERO 6
ZERO 7
ZERO 8
ZERO 9
ZERO 10
ZERO 11

DOWNLOAD HARIS ISA (SHAFFIX) "KARENANYA AKU MENOLAKMU"





karenaNya aku menolakmu
by : haris isa

ini kisahku
saat dulu mengenal cinta semu
Cuma cerita
Tentang pencarian jati diri anak manusia

Basah, beriak serba ingin mencoba segalanya
Tanpa sadar, perangkap setan telah menanti disana
Cintamu memerangkapku dalam dosa dan nafsu
Sampai hari itu, kejadian itu
Aku memutuskanmu, Ini penjelasanku

Apa yang engkau minta, ku berikan semampuku
Tapi yang satu itu tak boleh berlaku,
Meski kau trus meminta, ku lakukan demi cinta
Tapi maaf, aku tak mudah tuk tergoda.
Saat kau Tanya mengapa..
Oh aku tak mau,,
Aku yakin menjawab
karenaNYA aku menolakmu….

(HARIS ISA)


DOWNLOAD NASYID FULL DI SINI...

DOWNLOAD EDCOUSTIC



Edcoustic merupakan band duo asal Bandung yang mengusung konsep musik pop inspiratif. Lahir sejak 25 Mei 2002, dengan dua personilnya yakni Aden (Vokalis) dan Eggie (Gitaris).
Album perdana “Masa Muda” dirilis Oktober 2004, telah menjadi satu fenomena diblantika musik religi Indonesia. Sejak kemunculannya yang menawarkan keunikkan tersendiri edCoustic berhasil menarik perhatian pendengar pop religi. Keunikkannya dapat terlihat dari formasi duo personilnya, karakter vocal yang khas, warna musik, juga didukung lagu yang tematik & easy listening.
Album pertama Edc telah terjual hampir 20.000 keping. Sebuah pencapaian luar biasa bagi album sekelas indie, yang hanya mengandalkan promo melalui radio segmentif diseluruh Indonesia.
Agustus 2008 Edcoustic meluncurkan album keduanya bertajuk SEPOTONG EPISODE. Single “Muhasabah Cinta” semakin melesatkan popularitas Edcoustic hingga mancanegara.
Nama Edcoustic kian menggaung saat Aden sukses berkolaborasi dengan Melly Goeslaw dalam menciptakan ost. Ketika Cinta Bertasbih.
Lagu Muhasabah Cinta dipopulerkan kembali oleh trio Fatima diramadhan 2010. Bersamaan dengan itu Edc merilis single “Jalan Masih Panjang” yang terdapat di album Kompilasi Muhasabah Cinta, produksi Forte Records. (edcoustic.wordpress.com)

EdCoustic Song..........(Download)


CINTA BERKAWAN

Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan
Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta
Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa

Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang
Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan
Andai saja terus bersama setiap masa sehati

Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama
Cinta berkawan karena sehati dalam kasih Illahi
Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang
Simpan rapi harapan berkawan selamanya..

(Cinta Berkawan - EdCoustic)



KISAH USANG

Membalut mimpi indah di hamparan pasir pantai memutih
Jejak langkah harapan indah masa lalu
Lentik gemulai tangan memainkan angin berlalu
Menari buaian goresan kenangan tersimpan dalam bisu

Buku harianku telah usang
Di hamparan gurun pasir gersang
Memandang langit malam terhiasi bintang-bintang
Tak mampu lagi ku ingat untuk mengenang

Duhai malam merona memikat rembulan
Mengendap-endap masuk ke celah bilik hati peraduan
Simpuh malu mengangkat wajah kesendirian
Di penghujung tengadah mengharapkan ampunan

Kisah  yang tak usai
terhapus kenangan rindu menderai
Perpisahan menjadi bahan titian hati
Mendewasakan diri melewati hari
Dan
dibatas waktu kelak berjumpa kekasih
dikisah usang terukir ridho Illahi

(puisi ini pernah diikutkan dalam lomba cipta puisi KPS “Waktu, usia dan perjalanan hidup manusia”)

~AKZF~

PERGILAH JAUH DARI HATIKU

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku. Seorang wanita yang mampu membuatku terpanah mematung hanya untuk melihat senyuman ceriamu. Mengisi hari-hariku dengan puisi kelembutan sapaanmu. Kau yang selalu hadir dikala malam ditemani rembulan penuh sepi dan gundah. Kau bagaikan sinar bintang yang menyinari disetiap relung langit hatiku. Ku dekap erat dan dalam-dalam perasaan ini, namun akhirnya kau mengetahui keberadaannya. Kau menerima.

Disela-sela keaktivitasan dirimu-aku. Selalu saja hati ini tertaut untuk mengetahui kabar keadaanmu. Kau-aku saling memberi nasihat, memberi harapan agar saling mengerti. Walau kau berada di ujung sana, aku merasakan dirimu begitu dekat disampingku. Tapi, malapetaka itu datang. Sebuah pertengkaran mulut sering terjadi. Kesalahpahaman menimpa, aku cemburu, bagaimana bisa?. Ya, kehidupanmu telah membuatku iri. Aku yang pemalu ini, mencoba untuk berani berhadapan langsung dengan seorang wanita, tapi tetap saja tidak bisa, aku malu. Sedangkan dirimu, berhadapan dengan laki-laki seperti sudah biasa, malah tidak ada rasa canggung sedikitpun, aku bertanya kenapa, dan kau pun menjawab ”Saya tahu batas-batasannya bagaimana, jadi tenang saja ya”. Mungkin bagimu biasa-biasa saja, tapi bagiku, sesuatu yang menyakitkan.

Akhirnya suatu hari kau memutuskan untuk berpisah karena capek akan kecemburuanku. Kau memohon untuk menghilangkan perasaan itu dari hatiku, dan menggantikannya dengan sebatas murni sebagai teman. Sebuah guntur besar menyambar dahsyat pada batinku disiang hari, menjadikan keputus asaan dan keterpurukan yang luar biasa membinasakan keimananku, memporak-porandakan taman bunga yang sedang bersemi indahnya. Sudah tidak ada lagi kesempatan berikutnya bagiku olehmu.

Berbulan-bulan lamanya, komunikasi terputus. Semua pesan singkat yang kau kirimkan, aku hapus, tanda aku harus melupakanmu. Sudah tidak ada lagi kabar darimu yang harus aku ketahui, sapaan pun sudah tidak terbina lagi ketika berjumpa.  Hanya duka akan kenangan pahit akibat kesalahanku membuatmu kecewa.

Hari ini, aku melihatmu begitu ceria, seakan-akan kejadian yang lalu kau tidak hiraukan. Tapi biarkan saja, mungkin kau bukan jodohku. Dulu, kau pernah bilang ”Jodoh itu tidak akan pernah tertukar, jadi pasti semua makhluk sudah ditentukan jodohnya maing-masing” dengan senyumanmu meyakinkanku akan kalimat tersebut.

Sebuah kehawatiran melandaku. Sebuah mimpi buruk hadir membayang-bayangiku dalam keseharianku, kau bepelukan dengan seorang tepat dihadapanku, tanpa aku ketahui apakah dirimu sudah menikah.  Setiap kali berjumpa denganmu, mimpi itu terus hadir membayangiku. Gemetar seluruh tubuhku menahan kesedihan keluar dari rongga kehampaan.

Aku tahu engkau mempunyai cerita lama, dan pastinya cinta lama pula, dan begitu juga diriku ini. tapi, kisah kita berbeda, masa laluku begitu hancur. luluh lantah oleh rasa gejolak akan mencintai seorang wanita. Awal kali mencintai, bagiku adalah anugerah terindah yang dirasakan. Namun sayang, setiap kali aku jatuh cinta, semua berakhir pahit, setiap kali aku mencintai seorang, hanya bisa mampu menyimpan dalam lubuk hati terdalam, karena orang yang aku cintai, tidaklah mencintaiku, dan hanya diriku dan Dia yang lebih tahu, bahwa aku pernah merasakan namanya jatuh cinta terhadap seorang wanita. 

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku. Dengan tekad dan keyakinan, mungkin ini jalan yang baik bagiku, namun butuh berbulan-bulan atau bisa jadi bertahun-tahun untuk bisa menghilangkan perasaan ini. Memang menyesakan bila kenangan usang itu terus hadir terlalu lama, dan mohon pergilah jauh dari hatiku, karena sadar, perasaan itu membuatku tidak bisa tersenyum bebas, dan tidak bisa menikmati kebahagiaan hidup.

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku. Dengan begitu, aku mampu menulis puisi-puisi indah kembali, tapi bukan tentang dirimu, ini tentang diriku, dan masa depanku. Tentang semua orang yang aku sayangi. Maka pergilah jauh dari hatiku. Melupakanmu memang mustahil bagiku, namun menanti belahan jiwa yang kelak mendampingiku selamanya hingga akhir hayat adalah hal yang tidak mustahil, karena Allah sudah menentukan jodoh setiap insan. Itulah janjiNya.


diperbarui di : 
Bekasi, 22 - 2 - 2011
~AKZF~

Kamis, 10 Februari 2011

La Tahzan- Dr. Aidh Al-Qarni (Ya Allah!)

Ya Allah!
{Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.}
(QS. Ar-Rahman: 29) Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup
kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya Allah!"
Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru: "Ya Allah!"
Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"
Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"
Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru: "Ya Allah!"
Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus Anda pikul, menyerulah:"Ya Allah!"
Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam Kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan, julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arahNya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh. Karena,
{Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.} (QS. Asy-Syura: 19)


Allah: nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat berharga.
{Apakah kamu tahu ada seseorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?}
(QS. Maryam: 65) Allah: milik-Nya semua kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan,
kemuliaan, kemampuan, dan hikmah. {Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan.} (QS. Ghafir: 16)
Allah: dari-Nya semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan.
{Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lab. (datangnya).} (QS. An-Nahl: 53)
Allah: pemilik segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan keperkasaan.
Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf, Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah Engkau tetap Yang Maha Agung, sedang semua makna, akan lebur, mencair, di tengah keagungan-Mu, wahai Rabku
Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan itu awal kebahagian, dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram. Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan.
Wahai Rabb, anugerahkan pada mata yang tak dapat terpejam ini rasa kantuk dari-Mu yang menentramkan. Tuangkan dalam jiwa yang bergolak ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata. Wahai Rabb, tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu. Bimbinglah sesatnya perjalanan ini ke arah jalan-Mu yang lurus. Dan tuntunlah orang-orang yang menyimpang dari jalan-Mu merapat ke hidayahMu.
Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah sinar kebenaran. Hempaskan semua tipu daya setan dengan bantuan bala tentara-Mu.
Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah kegundahan dari jiwa kami semua.
Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera. Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakal. Hanya kepada-Mu kami memohon, dan hanya dari-Mu lah semua pertolongan. Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami, karena Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan Penolong.

###

DIA


DIA

Dia masih berdiri dan memandang laut luas, sambil mengelus-elus perutnya yang yang sedang mengandung bayi, seperti sedang menunggu kedatangan seorang yang sangat dinanti-nantikan. Hanya segelintir orang yang sedang bermain di pantai putih, bermain dengan derunya ombak bersama anak dan sanak keluarga, hanya dia saja seorang diri dengan perasaan cemas. Sore ini, pasak laut akan menaik tinggi, ombak akan semakin ganas, sepertinya akan ada badai. Para nelayan tidak ada yang berani melaut, takut terjadi sesuatu pada diri mereka masing-masing. Seorang menghampirinya.

“Nyai, kenapa masih berdiri di sini, apa suamimu belum juga pulang dari melaut?” Tanya Kang Rojak padanya.

“Belum, Saya sangat mencemaskannya. Biasanya, jam lima sore sudah selesai melaut. Tapi kali ini suami saya belum juga muncul ke tepian.” Tangannya meremas erat selendang hijau yang menyelimuti leher dan rambutnya.

“Kalau gitu, saya mau pulang dulu ya, moga saja tidak ada apa-apa dengan suamimu, kalau tidak salah dia melaut bersama si Ujang, jadi kayaknya akan aman bila bersama. Mari Nyai,” Lalu meninggalkannya, dan hilang dalam pandangan.

Sore itu, angin laut begitu kencang menerpa kebaya, dan menyibak selendang yang dia kenakan. Dari ujung lautan, terlihat hidung perahu kecil dengan layar yang mengembang kecil. Dayuhan tangan cepat mendayung menuju daratan. Salah seorang tersebut berdiri di ujung perahu dan melihat daratan, kemudian melambaikan tangan seraya berteriak memanggil namanya. Hatinya kini tenang, Suaminya tidak apa-apa.

Sesampai di ketepian sambil menarik perahu ke daratan, Ujang yang sedari terlihat lelah mendayung, hanya bisa mengeluh kecapaian. Sedangkan suaminya mengambil sesuatu dari dalam perahu berupa jala ikan beserta tangkapannya yang sudah dimasukan ke dalam ember hitam tertutup.

“Kang, capek ya? Tumben sore menjelang maghrib baru pulang?” Sambil menyusutkan keringat suaminya. Namun hanya diam yang didapatkan dari sang suami. Diapun bertanya kepada Ujang yang sedang duduk di atas pasir, dan kemudian merebahkan kaki untu menghilangkan pegal.

“Jang, kok pada diam, ada apa?” heran.

“Nyai, minggu-minggu ini laut lagi tidak bersahabat dengan kita. Ikan-ikan entah para kemana, yang jelas tangkapan hari ini semakin sedikit saja, yang ada hanya ikan kecil saja. Kalau terus begini, penghasilan penjualan ikan semakin turun. Terus mau makan apa anak-anak kami”

Suaminya hanya bisa menarik nafas panjang, dan mengeluarkannya berat. Wajah itu, bukanlah wajah suaminya yang dulu. Hilang entah dimana. Dulu, sejak masih bagus keadaannya, perhari melaut bisa mendapatkan 200 ton ikan laut, suaminya selalu tersenyum bahagia, dan semangat yang tiada henti. Anak-anak nelayan pun berlarian menghampiri dan kemudian merauk sebagian tangkapan untuk dijadikan makanan keluarganya. Setiap datang, suaminya selalu disambut hangat oleh senyuman mungil yang menghiasi wajah yang kumal ini akibat terjemur sinar matahari. namun semenjak cuaca yang tidak menentu, sehari hanya bisa mendapatkan 2 ton ikan laut saja, dan hari ini yang terparah bagi para nelayan.

Sesampai dirumah, suaminya hanya bisa merebahkan badannya pada kursi bambu yang sudah tertelan usia, membayangkan masa depan keluarganya.

Hari berganti hari, dia tidak lagi berdiri menunggu suaminya. Orang yang biasa melihatnya, bertanya-tanya ‘kemana ia?’ Kang Rojak yang biasanya menyapa, heran akan hilangnya sosok perempuan itu beserta suaminya.

Disudut perkampungan, orang-orang sedang berkumpul sambil berteriak-teriak sedang menyemangati sesuatu. “Ayo, Jalu! Kalahkan si brokokok itu! Jangan sampai kalah.” Sedangkan yang lainnya berteriak membela yang satunya.  Ternyata mereka sedang sabung ayam, dan mereka juga sedang taruhan besar-besaran.



“kang, masih ada duit gak?”

“Ada, masih banyak, tenang aja. Kita bakalan menang kali ini. Lihat aja nanti, ayammu Jang, pasti menang! Penuh semangat dan ambisi.
“Tapi, Kang, nanti kalau nanti kalah bagaimana? Kasihan Nyai Ijah, beserta anak Akang yang sedang dikandung itu”

“Tenang aja Jang, gak bakal kalah. Tapi kalau nanti kalah kan bisa nyari lagi duitnya”

Berjam lamanya akhirnya pertandingan tersebut usai dengan membawa kekalahan yang tidak berarti apa-apa. Ternyata akibat jarang mendapatkan tangkapan ikan, suaminya mengadakan sabung ayam, sekaligus menjadi pekerjaan barunya. Sedangkan di rumah, dia yang seorang diri mengasuh anaknya yang masih satu tahun itu, hanya bisa pasrah melihat kelakuan suaminya yang sudah berubah total begitu juga sikap padanya. Kadang-kadang wajahnya menjadi sasaran tamparan amarah suaminya ketika sedang menasehati kalau perbuatan yang selama ini dilakoninya adalah salah. Yang ada hanyalah menghambur-hamburkan uang saja. Sedangkan anak dan dirinya lebih membutuhkan makanan yang halal dibanding makanan yang dihasilkan perbuatan yang haram, dan hari ini dia tidak makan sama sekali. Badannya sudah luluh lantah akibat terjangan amarah suaminya, yang ada dalam dirinya hanyalah kesabaran sebagai isteri yang selalu berusaha menasihati suaminya. Apalagi banyak sebagian warga kampung yang bergunjing tentang ketidak harmonisan keluarganya.

***
“Jang, malam ini kita beraksi lagi, kali ini sasarannya adalah rumah Rojak”

“Duh, Kang, bahaya ah! Nanti kalau ketahuan nanti berabeh urusannya, apalagi sasarannya Kang Rojak, diakan udah kayak saudaranya Akang sendiri,” cemas dan gundah yang ada dipikiran Ujang.

“Ah, peduli amat! Dia juga gak pernah memberikan bantuannya pada saya”

Tengah malampun tiba, senyap, yang ada hanyalah suara deburan ombak yang semakin ganas, perahu-perahu nelayan tergeletak begitu saja tak terurus oleh pemiliknya. Derap langkah kaki begitu cepat menuju rumah yang sudah dijadikan incaran, hanya bermodalkan linggis, dan penutup kepala, mereka membobol rumah tersebut secara paksa.


“Kang, kita sudah masuk. Sepertinya pemilik rumah ini sedang tidur pulas”

“Baik, Jang, kamu cari barang yang bagus untuk bisa kita jual” sambil menyelinap dalam kegelapan.

Mereka berpencar mencari setiap sudut ruangan yang ada untuk mencari barang berharga. Rumah Kang Rojak memang terbilang lumayan mewah, walau berpenampilan sederhana, namun penghasilan lumayan cukup.

Ketika sedang mencari harta benda, tiba-tiba saja lampu menyala, dan segerombolan orang sudah berkumpul di depan rumah Kang Rojak. Dengan amarah yang besar, sang pemilik rumah langsung menyeret dua orang yang tertutup oleh penutup kepala dengan kasar. Sesampai di depan rumah, penutup kepala tersebut dibuka.

“Ternyata benar, kalian ingin mencuri rumahku. Benar-benar keterlaluan kamu Kang, apalagi kamu Jang, terlalu lugu untuk diajak yang tidak baik. Mau jadi apa kamu! Kasihan isteri dan anakmu Jang,”

Warga yang sudah berkumpul kemudian menyaksikan sendiri siapa sebenarnya pencuri itu, langsung mencaci maki dengan membabi buta. Ada yang berkata “Hajar aja ampe mati!”, “Bakar aja, pencuri dikampung kita ini dan jangan diampuni!” dan hujatan lainnya yang tidak pantas diucapkan.

“Kami, semua warga sudah jengah dengan tingkah lakumu Kang, yang sudah berubah, padahal kamu adalah orang sangat dihormati oleh kami. Seorang yang mampu membuat anak-anak kampong nelayan ini sangat bergembira, menantikan ikan-ikanmu yang melimpah luah. Tapi sekarang lihat, engkau sudah menjadi orang

lain. Menjadi seorang sabung ayam liar, dan kini menjadi pencuri. Aku jadi kasihan melihat Nyai Ijah dan anakmu semata wayang itu.” Ujar Rojak sambil menenteng balok panjang ukuran besar.

Dua pencuri itu hanya bisa menunduk malu, dan tidak menoleh kemana-mana, karena semua mata tertuju pada mereka. Kapanpun,  warga bisa jadi menghabisi mereka sekejap saja.

“Kang,” suara lembut tiba-tiba mengheningkan suasana. Semua terdiam memandangnya.

“Nyai, maafkan kami yang sudah bertindak kasar pada suamimu ini” Ucap Rojak yang sudah tahu akan kedatangannya.

“Kang, aku sebagai isterimu, sangatlah kecewa. Melihatmu berbuat demikian. Aku takut, anak kita semata wayang yang ada dalam kandungan ini akan membencimu kelak akibat ulamu sendiri. Taubatlah Kang. Jadilah suami Ijah yang dulu, yang selalu menyenangkan warga” tanpa terasa meneteskan air mata.

Suaminya yang hanya tertunduk hanya bisa memandangi tanah yang basah. Tangannya menggenggam erat rerumputan yang pendek, dengan susunggukan air matanya mengalir deras membasahi bumi. Ujang yang hanya terdiam ikut-ikutan menangis. Menyesal atas perbuatan yang selama ini adalah salah. Warga hanya bisa memandang.

***
Terhempas badan dari rebahan serta berteriak memanggil namanya. “Ijah!” Keringat bercucuran begitu saja, Nyai Ijah yang sedang menyiapkan makanan keheranan, sekaligus ketakutan.

“Ada apa Kang, kenapa berteriak seperti itu, Ijah ada disini” sambil menyuguhkan air hangat.


“Akang, menyesal Ijah”

“Menyesal kenapa? Memang apa yang Akang lakukan?”

“Entahlah Ijah, sepertinya Akang bermimpi” langsung memeluknya penuh kehangatan. dengan kesadaran hati, tidak akan pernah seperti itu, masih ada kata iman dalam diri untuk merubah masa depan.
“Entahlah apa yang terjadi padanya, namun dia tetaplah suamiku”
~end~

~akzf~

Apalah Arti Dari Kesendirian

Sendiri Menyepi

Sendiri Menyepi..

Tenggelam dalam renungan

Ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan

perlahan kucari, mengapa diriku hampa…

mungkin ada salah, mungkin ku tersesat,

mungkin dan mungkin lagi…

Oh Tuhan aku merasa

sendiri menyepi

ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi

sampai kapan ku begini

resah tak bertepi

kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala

benderang di hidupku..
(Edcoustic)

Senin, 07 Februari 2011

(Album Photo kenangan FLP JAKARTA 2010-2011)




NILAI CINTA 
(ALGINAT)

Cinta yang engkau berikan 
Pada seorang teman
Itu tanda sempurnanya iman
Bila dengan tulus hati 
Kau mencintai
Dirinya bagai diri sendiri

Empati kepada sesama
Buat kita terbiasa melihat dari sisinya
Bagaikan raga yang sama
Sakit dirasa semua tiada merasa beda

Kita hidup berdampingan
Saling membutuhkan
Cinta kasih dan dukungan
Semua akan kau temui
Saat kau mencoba 
Bersama saling peduli

Empati kepada sesama
Buat kita terbiasa melihat dari sisinya
Bagaikan raga yang sama
Sakit dirasa semua tiada merasa beda

Rentangkanlah kedua tanganmu
Tebarkan kedamaian pada sesamamu
Bentangkanlah samudera kasihmu
Duka berbagi cerita 
Bahagia kita bersama

Cinta-Nya tak pernah berbeda
Bagi seluruh manusia di mana adanya
Di sana hikmah kasih-Nya berada
Tuk raih kebahagiaan bagi setiap insan

Nilai cinta
Yang kau berikan pada sesama
Nilai cinta
Yang kau bagikan untuk semua

DOWNLOAD NASYID TIAR -TAK ADA BEBAN TANPA PUNDAK (FULL)




Sebelum membahas Lagunya, let’s talk about the singer :: Tiar
Mengenal Baktiar (Tiar,-Red) ketika bergabung di Grup Faith yang pernah menjadi juara #3 FNPI 2009.
Termasuk satu almamater dengan saya di salah satu kampus kedinasan di JurangMangu.

Awal tahun ini, Tiar melaju ke ajang audisi solois dan berhasil memukau dengan nasyid ‘Pertengkaran Kecil’ –karya edCoustic. Lolos ke Semifinal, Tiar memukau juri dengan ciamik membawakan lagu ‘Di Persimpangan Aku Berdiri’ (one of my favourite, too) lagi-lagi karya edCoustic. Alhamdulillah lolos ke Final, dan menjadi satu dari enam pemenang untuk langsung dikontrak oleh Major Label, Forte Records (Aquarius)

Enough for Tiar, untuk lagu ‘Tiada Beban Tanpa Pundak’ yang diciptakan Kang Aden edCoustic ini, sempat akan menang di ajang Cipta Lagu Religi Republika tahun 2009, namun batal. Bersyukur kang Aden mendapatkan Tiar tuk membawakan lagu ini. Cocok banget dengan karakter vocal Tiar yang berat namun soulful abis. Info (iswandibanna.com-Red)


TAK ADA BEBAN TANPA PUNDAK 

Terasa menyesakkan semua yang telah terjadi
Apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
Kau uji aku...
Sekilas aku rasa tak kuasa
Namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada MU



Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
Karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
Ini yang terbaik bagi hidupku.. semua hanya ujian
 

Reff :
Biarkan aku oh malam...
Menangis di sepanjang sholatku
Karna hanya Allah yang bisa membuatku tegar
Menjalani semua ini..

Biarkan aku oh malam...
Bersimbah Rahmat dan ampunanNya
Badaipun pasti berlalu menguji imanku
Aku serahkan pada Illahi.. 





BILA INGIN MENDENGARKAN LAGUNYA SILAHKAN (FULL) SILAHKAN DOWNLOAD DI SINI...



Kamis, 03 Februari 2011

HANTU POHON PISANG (Pernah diikut sertakan pada ajang Scary Moment)

HANTU POHON PISANG

Ini kisah nyata ketika aku masih menginjak jenjang pendidikan kelas 3 SMP di Pesantren, tepatnya di daerah Jatinagor – Sumedang. Daerah perbatasan antara Bandung dan Sumedang ini terkenal oleh masyarakat akan mistis yang menjalar turun temurun dari leluhur dahulu. Namun warga sudah tidak merasa takut lagi bila melihat atau mendengar hal-hal yang berbau jauh dari nalar manusia. Penampakan sering terjadi, malahan kecelakaan sering terjadi juga dikaitkan dengan hal-hal ghoib. Misal, seperti Cadas Pangeran yang terkenal rawan kecelakaan yang terjadi selalu tidak masuk akal. Mobil yang mundur sendiri, dan akhirnya masuk jurang, kendaraan yang jalan sendiri tanpa pengemudi, dan akhirnya masuk juga kejurang. Aku yang sering lewat situ, merasa ngeri, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi bila melihat patung Cadas pangeran, hiiii, makin takut aku untuk melewatinya. Tapi semenjak berkembangnya zaman, semua cerita itu terasa fiktif belaka, walau kenyataannya begitu.
Kisah yang aku alami berawal dari sebuah persiapan acara sebuah pentas seni yang akan dilaksanakan dua hari lagi tepatnya hari minggu (tanggal dan bulannya lupa). Aku beserta teman-teman yang terdiri dari Rudi, Jajang, dan Maman (nama disamarkan) berencana akan menetap selama satu malam di sebuah lab komputer samping masjid yang semenjak pagi hari sudah dikosongkan ruangannya guna untuk kami membuat spanduk acara. Aku dan teman-teman akan bekerja keras semalaman untuk acara pentas seni besok pagi hari.
Setelah selesai sholat Isya, kami bergegas untuk menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk membuat spanduk yang cukup besar, kira-kira ya, 3 x 1 an. Walau acaranya besok hari, tapi kami kelihatan berleha-leha, maklum, siapa sih yang tidak senang begadang gini hari hingga larut malam menjelang subuh. Tampak kesenangan diraut wajah kami ketika melihat kasur empuk beserta bantal guling dengan beberapa buku bacaan dan sempel contoh spanduk yang sudah dibuat sebelumnya oleh salah satu rekan panitia acara, tergeletak marayu kami untuk bermanja-manja tiduran telengkup sambil membuat guratan kertas menggunakan gunting dan silet membentuk pola tulisan yang akan kami pampang di background spanduk berwarna putih itu.
“Eh, kalian semua, begadang begini mendingan ngopi yuk” ujar Jajang yang dari tadi sudah menyiapkan cangkir dan gelas dari dapur sekolah.

“Ya udah, tapi kopinya belum ada nih… siapa yang mau beli?” Tanyaku yang juga sudah tidak tahan ingin ngopi.

Abdi jeung si Maman we nu ka hareup meuli kopina (Saya dengan Maman aja yang ke depan untuk beli kopinya)” ungkap Jajang menawarkan dirinya bersama Maman dengan menggunakan bahasa sunda sambil meminta uang untuk membeli kopi “Mana duitnya, sini” Akhirnya Jajang dan Maman bergegas ke depan.

Nampak jam sudah menunjukan angka 11 malam lewat. Pekarangan masjid sudah nampak sepi. Aku yang masih beranjak asyik menggunting kertas berwarna yang berpola huruf dan angka bersama Rudi menjadi ngeri, karena tidak ada satupun suara yang terdengar sama sekali. Di depan masjid hanya ada sebuah kolam besar yang konon, penghuninya banyak, dan sering menampakan diri sambil memainkan air. Sedangkan pekarangan masjid yang sering dilewati para santri begitu sepi. Kami berdua hanya bias bergumam sambil memakan cemilan yang sudah dipersiapkan, dan sama sekali tidak pernah memandang jendela mengarah ke belakang gedung  yang begitu gelap. Menyeramkan.
Sudah setengah jam lamanya aku dan Rudi menunggu Jajang dan Maman yang sedang kedepan membeli kopi tidak muncul-muncul juga. Tiba-tiba saja pintu lab komputer terbuka paksa “Brakk!!” tersentak aku dan Rudi ketakutan bukan main. Ternyata itu Jajang dan Maman yang sedang berlari ketakutan karena sesuatu hal yang membuat mereka berlari bukan kepalang. Sambil menghela nafas panjang, Jajang dan Maman pun bercerita apa yang sedang terjadi. Memang, Pesantren kami berada di tengah-tengah pemukiman warga, sedangkan untuk menuju ke jalan raya harus melewati jalan-jalan kecil walau tidak begitu jauh nyatanya. Tapi bila malam hari, penerangan begitu minim, hanya beberapa lampu yang bersinar menyinari jalan-jalan itu, nampak begitu menyeramkan, apalagi kalau ada penampakan, pasti langsung kocar-kacir minta ampun. Nah, begitulah yang dialami Jajang dan Maman, mereka berdua bercerita, bahwa di pertingkungan jalan kecil yang tepat berada tidak jauh dari pesantren atau tepat lab komputer yang kami singgahi ini, terdapat tiga buah pohon pisang yang dimana tingginya kira-kira satu setengah meteran, gelap tanpa penerangan, walau disamping terdapat rumah warga, tapi suasananya sudah cukup membuat bulu roma berdiri.
Ceritanya, Maman dan Ujang sedang melewati jalan setapak menuju jalan raya, dan harus melewati daerah tempat tiga pohon pisang itu berada. Ketika tepat berada di bawah pohon pisang tersebut, Maman merasakan hal yang aneh, seperti ada yang memperhatikan. Menoleh kanan kiri yang ada hanya kegelapan yang menyelimuti ketakutan.
“Pokoknya benar-benar serem, deh” ujar Maman sambil merinding menceritakannya. Aku dan Rudi hanya mendengarkan dan membayangkan saja apa yang sedang diceritakannya. Akhirnya Maman dan Jajang bergegas menuju warung kopi yang berada di ujung jalan seberang. Pas, sudah selesai membeli kopi bungkusan, ternyata mereka berdua harus melewati daerah itu lagi, daerah yang dirasakan Maman seperti ada yang memperhatikan. Jajang waktu itu hanya ingin cepet-cepet sampai ke lab komputer. Pas berada di bawah pohon pisang tersebut, tiba-tiba saja Jajang berhenti mendadak. Maman juga ikut berhenti sambil menyuruh Jajang segera jalan kembali, kalau bisa lari sekalian.

“Man, kamu denger sesuatu tidak, seperti ada suara orang” berkata Jajang dengan nada ketakutan.

“Jang, yang bener napa bicaranya, abdi teh jadi takut mendengarnya, udah jalan aja yuk” ajak Maman untuk segera jalan pada Jajang.

Waktu itu, Maman dan Jajang bercerita katanya suara itu seperti suara perempuan, dan suara itu tepat berada dimana tiga pohon pisang yang berjejer itu berada.

Suara itu begitu jelas sekali, dan akhirnya Jajang menoleh ke atas pohon pisang, dan langsung lari terbirit-birit begitu saja, sambil diikuti Maman dari belakang yang juga ketakutan melihat ekspresi wajah Jajang semrautan. Sampai akhirnya pintu lab komputer dibuka paksa oleh Jajang.

Ternyata, ketika Jajang menoleh ke atas pohon itu, ada sosok katanya putih bertengger di pohon pisang tersebut. Hingga esok harinya, akibat kejadian semalam, kami semua kapok lewat situ malam-malam, dan dengar-dengar daerah situ sudah ada penerangan lampunya, jadi siapa saja yang lewat sudah tidak takut lagi. Sampai sekarang masih berfikir, kok, ada ya, hantu di pohon pisang, tanyaku dalam hati. Tapi itu memang benar-benar terjadi pada kami, dimalam yang sunyi itu.

~Azmi S. N~

Rabu, 02 Februari 2011

KERILIPAN CINTA - RABBANI


Hidayah .. Kerlipan Cipta Cintaku 
Harum Rembulan Mawar 
Dingin Dihakis Keseorangan .... 

Aku masih menghitung diri .. 
Kesiangan yang panjang 
Ingin mengisi hati 

Padamu kasih 
satukan aku 
Dengan rahmatmu 
Dengan Kalimah 
Malam Siangku 
Berliku liku 
Duri Dugaan 
Siratan Cinta 

Biar di jemala mentari 
Biar di bahu gunung berapi 
pasrahku abadi untukmu ..untukmu 

Ku kembara setia disisinya ... 
Ku inginkan Bahagia abadi 
ku impikan sentosa dibawaha naungannya 
selamanya



Adakah hidayah itu hadir kembali, memberikan kesempatan padaku kembali,
karena HidyayahMu terbentang luas, ku yakin selalu Engkau menaungi hambaMu yang penuh dosa ini...

WEB KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

Recent Coment

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)
Bagi yang ingin mengulurkan tangan sebagai donatur, silahkan kunjungi grup dan bergabung (Klik Gambar)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More