About this blog

Sabtu, 02 Juni 2012

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)



Kisah Perjalanan awal berjuang:  

Bismillahirrahmanirrahim
Teman-teman masih ingat dengan KPAJ Jakarta (Komunitas Peduli Anak Jalanan Jakarta)? Sekarang, singkatannya sudah direvolusi menjadi KoPAJA (supaya mudah disebut dan lebih akrab dengan nama Jakarta identik dengan angkutan umum “kopaja”). Dalam catatan kali ini, saya ingin berbagi sedikit cerita tentang proses usaha saya untuk mengembangkan KoPAJA.

Lebih dari seminggu yang lalu, saya menghubungi Kak Zaky, kakak kelas saya di MTs N 12 Jakarta. Lebih tepatnya, saya menghubungi Kak Hulaifah, istri Kak Zaky, yang sudah saya anggap kakak sendiri. Melalui pesan singkat saya menanyakan wilayah yang banyak anak jalanannya, namun belum mendapatkan pembinaan. Setelah banyak berbincang, Kak Hulai menyarankan saya untuk ikut bersamanya membina beberapa anak jalanan di Terminal Pulogadung yang sangat kekuranganvolunteer (relawan) perempuan.

Setelah mendapatkan bantuan jaringan dari Kak Hulai, saya niatkan untuk bisa berkunjung ke Pulogadung kamis lalu (27/10). Tapi, karena harus mempersiapkan kepergian saya ke luar kota, saya baru bisa menyempatkan diri ke sana kemarin, kamis 3 November 2011.

Setelah shalat ashar, saya dan seorang teman saya berangkat dari kampus menuju Terminal Pulogadung. Kami berdua turun di pasar sebelum terminal. Ternyata perjalanan masih cukup jauh untuk menuju terminal, lebih dari 500 meter. Karena belum mengenal lingkungan sana, saya menunggu Kak Hulai yang masih dalam perjalan di depan mini market. Kurang lebih setelah setengah jam kami menunggu, Kak Hulai datang dan langsung mengajak kami berdua menuju rumah salah seorang anak jalanan.

***

Kami menelusuri tepian pasar yang ada di dekat terminal. Lalu memasuki gang kecil yang berkelok. Di ujung gang, saat jalanan mulai melebar, Kak Hulai memperkenalkan kami dengan seseorang yang kami panggil Mbak Sumi. Kemudian, Mbak Sumi mengajak kami bertiga melewati gang kecil yang hanya bisa dilewati satu orang. Perlahan-lahan kami kehilangan matahari senja, kami menelusuri gang yang lebih sempit lagi, lebih sesak lagi. Hanya bau kotoran tikus yang tertangkap oleh hidung saya.

Di unjung gang, kami masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana. Di dalam ruangan yang hanya bisa diisi oleh kurang lebih enam orang dengan duduk melingkar, ada satu  lemari pakaian tanpa pintu, satu rak piring, dan dua dipan (satu untuk duduk atau tidur dan yang lain untuk meletakan perabotan rumah tangga).

Di dalam sana Kak Hulai memperkenalkan kami dengan penghuni rumah yang bernama Bu Mari, beliau sedang sakit saat kami datang. Sambil menunggu adzan maghrib, kami berbincang dan mengatakan maksud kedatangan kami ke sana, juga membicarakan apa yang akan kami lakukan selepas maghrib nanti.

Singkat cerita, ba’da maghrib saya dan yang lainnya berangkat ke rumah lain yang lebih luas. Di sana saya bertemu dengan beberapa teman anak jalanan lain yang ingin belajar mengaji. Jumlah mereka ada empat orang. Pertama, namanya Nada, seorang gadis yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP, di suka sekali bercanda dan tertawa. Kedua, namanya Mbak Nida, wanita kurus dengan kulit gelap, yang ini sedikit malu-malu. Ketiga, Mbak Sumi, wanita kurus berkulit bersih yang sehari-harinya bekerja mengasuh anak tetangganya sendiri. Terakhir adalah pemilik rumah, namanya Mbak Nia, wanita lulusan SMA tahun 2007 yang pernah bekerja menjadi satpam.

***

Ini adalah pertemuan kedua mereka dengan Kak Hulai dalam kelas. Saya dan teman saya membantu Kak Hulai untuk mengajarkan baca tulis al-quran. Pelajaran hari ini adalah makhorijul huruf. Sebelum memulai pelajaran, Kak Hulai bertanya, “Nada dan mbak-mbak di sini tahu huruf hijaiyah kan?” Dengan spontan Mbak Sumi menjawab, “Saya mah gak tau tulisan Arab, Mbah Ulai. Ngaji aja seumur-umur kagak pernah.”

Saya benar-benar terkejut saat mendengar jawaban Mbak Sumi. Di usia yang kira-kira sebaya dengan Kak Hulai, ia belum mengenal huruf hijaiyah. Saat mendengar jawaban ini saya baru sadar kenapa saat maghrib tadi saya mengajak Mbak Sumi untuk shalat, ia hanya menjawab dengan senyuman sambil menggaruk-garuk kepala.

Saya tidak bisa membayangkan kepolosan Mbak Sumi yang mengakui bahwa dia belum pernah mengenal huruf hijaiyah sebelumnya. Bagaimana hidupnya selama ini? Tidakkah kedua orang tuanya mengajarkannya agama? Apakah kedua orang tua nya juga tidak mengenal al-quran? Apakah berarti kedua orang tuanya juga tidak shalat? Aiih, serentetan pertanyaan tiba-tiba menjejal di kepala saya.

Meskipun banyak celetukan yang membuat miris, proses belajar tetap belajar dengan lancar. Bahkan, penuh dengan warna. Ada Nada dengan gaya tertawanya yang membahana dan sering membuat saya terkejut. Mbak Sumi dengan kata khasnya “yassalam” setiap salah mengucapkan huruf atau ketika belum bisa juga mengucapkan ‘ain dan kho. Mbak Nida dan Mbak Nia yang cuma bisa senyum-senyum karena tidak bisa mengucapkan beberapa huruf. Seru!

Selesai mengajarkan makhorijul huruf dan member PR kepada teman-teman jalanan, kami memceritakan sebuah kisah tentang keislaman Ummu Sulaim. Di tengah keasikkan mendengarkan cerita, tiba-tiba hujan turun. Cukup deras. Mbak Sumi yang tidak menyadari hujan turun langsung terkejut saat tubuhnya terasa dingin dan dia langsung meminta izin untuk pulang lebih dulu karena takut atap rumahnya bocor.

Indah. Dari balik deretan bus terminal Pulogadung inilah aku menemukan momen indah di awal bulan ini. Mengenal Nada yang selalu tersenyum, Mbak Sumi yang blak-blakkan tapi malu-malu. Mbak Nida dan Mbak Nia yang lebih banyak diam tapi lucu. Beberapa jam sebelum bertemu mereka, saya masih tidak bisa menerka bahwa teman-teman yang akan saya temui adalah seperti mereka, teman-teman yang memiliki semangat luar biasa meskipun di lain sisi banyak yang melihat kekurang mereka.

Ah, banyak cerita bersama mereka yang tidak dapat saya tuangkan dalam kata-kata melalui catatan ini. Entahlah, terlalu indah bersama mereka. Dalam “ruang kelas dadakan” ini, saya menemukan sejumput kasih sayang yang berbeda kepada mereka yang belum saya kenal seutuhnya. Kasih sayang ini datang tiba-tiba. Kalian tahu?  Seperti ada embun yang metes di pipiku. Tes… Dingin seketika, tapi tidak menggigit. Dinginnya menyejukkan. Membuat mata pagi mebelalak. Segar. Lalu perahan embun itu menguap. Tidak menimbulkan panas. Tapi hangat yang menyuburkan semangat.

Ini baru dunia yang luar biasa!

Begitulah aku membatin sepanjang pertemuan dengan mereka. Bukan seberapa besar materil atau moril dalam memberi, tapi sebuah keistiqomahan yang lebih penting dari sederat angka nol dalam rupiah.

Oh iya. Saudara-saudariku, perlu kita sadari bersama bahwa sejatinya mereka tidak membutuhkan belas kasihan dari orang yang merasa lebih dari mereka, tapi kasih sayang dari kita dan rangkulan yang setara dan sederajatlah yang mereka butuhkan.

This is my exceptional live. Where is yours?

-Fatul-
Tanah Merah-Ruang Hijau
Jumat pagi, 4 November 2011



Berawal dari seorang akhwat yang luar biasa, Lisfatul Fatinah Munir dengan sebuah impiannya, dia mampu mendirikan sebuah lembaga komunitas anak-anak jalanan. Yang melihat betapa mirisnya kehidupan anak-anak bangsa yang terpinggirkan oleh pesatnya teknologi dan peradaban zaman. Dengan bermodalkan tekad,  dia berusaha sekuat mungkin dengan mengajak sebagian orang-orang yang tergerak hatinya untuk bersama-sama membangun komunitas tersebut di salahsatu jejaring sosial bernama facebook,  Lisfah dan teman-teman mulai menyusun rancangan berbagai pondasi kegiatan sekaligus launching.


Berbagai usaha telah dilalui, jatuh bangun semangat mereka telah merasakannya. mengadakan berbagai survey tempat guna untuk menampung perkiraan daerah mana yang akan dibina dan di bimbing oleh KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan). Berdasarkan informasi dari salahsatu sahabat/anggota KOPAJA, Lisfah dan teman-teman mengesahkan bahwa akan ada kegiatan BAKSOS di daerah apak pemulung, Kp. Sawah, Jl. Pandan, Gandaria-Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada tanggal 15 April 2012, yang sekaligus launching awal perkenalan KOPAJA kepada masyarakat setempat khususnya anak-anak jalanan setempat.


Di bawah naungan Mushola yang cukup sederhana, yang berdiri di sekitar pemukiman tersebut, KOPAJA, mengadakan BAKSOS, dan mulai mendata anak-anak yang usianya masih kisaran 5-8 tahun ke atas akan dibina pada setiap ahadnya. Masukan demi masukan KOPAJA mulai berkembang pesat, anak-anak mulai rutin dibina dan diasuh penuh kasih sayang, KOPAJA bagaikan rumah kedua bagi anak-anak jalanan yang kabarnya sering mangkal di daerah Blok M ini.


Ahad yang indah, pagi-pagi anak-anak begitu ceria mendatangi Mushola guna ingin segera bertemu dengan Kakak-kakak dari KOPAJA. Dengan berbusana muslim/ah (pakaian sumbangan dari rekan-rekan KOPAJA) sungguh membuat mereka sangat menawan, nampak kebahagiaan terpancar darti raut wajah mereka, walau kadang begitu manja dan ingin dimanjakan. Sangat menggemaskan. :)







Membaca, menulis, menghitung dan menggambar adalah kegiatan favorit mereka yang sungguh ingin terus belajar. Dengan asuhan sahabat-sahabat KOPAJA yang membimbing penuh ceria, anak-anak pun berkembang pesat, menjadi putra-putri bangsa yang cerdas, pintar, dan berprestasi, walau masih sekadar memperlihatkan karyanya kepada kami. Pada kenyataannya kebanyakan dari mereka belum mengenyam pendidikan bangku sekolah sedikit pun.


Saya adalah salahsatu relawan KOPAJA merasa terenyuh akan melihat kegigihan akan keingintahuan, keinginan akan terus belajar. Harapan saya pada KOPAJA, semoga anak-anak mampu meraih prestasi dan cita-citanya. Dalam benak mereka masih tersimpan harapan untuk menjadi seorang yang berguna bagi masyarakat dan negara ini. Di tangan merekalah peradaban baru akan terbangun. Untuk itulah kami berharap, sahabat-sahabat Blogger, dan saudara/i seiman dan sehati, untuk mengulurkan bantuan dana atau pun itu dengan ikhlas dan tulus untuk membantu pendidikan mereka.


Bagi yang ingin membantu atau bergabung menjadi anggota/relawan, silahkan bergabung ke Group KOPAJA di : http://www.facebook.com/groups/249396828440850/


Atau bisa hubungi lebih lanjut ke saudara/i:


* Lisfah: 085717892235
(Facebook Lisfatul Fatinah Munir)
http://www.facebook.com/lisfatul.fatinah.munir




*Bagas Triyatmojo: 085694040289
(Facebook Bagas Triyatmojo)
http://www.facebook.com/bagas.triyatmojo



4 komentar:

Assalamualaikum, semangat terus yah ikhwati fillah. Yahdikumullah wa barakumullah. :)

pemerintah malah ga ngurusin

assalamualaikum sahabat kopaja ..
saya anisa mahasiswa uin suska pekanbaru, riau ..
saya juga berniat mendirikan sebuah komunitas peduli anak jalanan ... namun saya masih bingung harus memulai dari mana ...
bisahkan sahabat kopaja membimbing saya untuk menciptakan komunitas ini ...
saya harap saudara2 ada yang mau membantu saya ... ini nomor hp saya 085321993799 ...

Posting Komentar

WEB KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

Recent Coment

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)
Bagi yang ingin mengulurkan tangan sebagai donatur, silahkan kunjungi grup dan bergabung (Klik Gambar)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More