About this blog

Kamis, 03 Februari 2011

HANTU POHON PISANG (Pernah diikut sertakan pada ajang Scary Moment)

HANTU POHON PISANG

Ini kisah nyata ketika aku masih menginjak jenjang pendidikan kelas 3 SMP di Pesantren, tepatnya di daerah Jatinagor – Sumedang. Daerah perbatasan antara Bandung dan Sumedang ini terkenal oleh masyarakat akan mistis yang menjalar turun temurun dari leluhur dahulu. Namun warga sudah tidak merasa takut lagi bila melihat atau mendengar hal-hal yang berbau jauh dari nalar manusia. Penampakan sering terjadi, malahan kecelakaan sering terjadi juga dikaitkan dengan hal-hal ghoib. Misal, seperti Cadas Pangeran yang terkenal rawan kecelakaan yang terjadi selalu tidak masuk akal. Mobil yang mundur sendiri, dan akhirnya masuk jurang, kendaraan yang jalan sendiri tanpa pengemudi, dan akhirnya masuk juga kejurang. Aku yang sering lewat situ, merasa ngeri, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi bila melihat patung Cadas pangeran, hiiii, makin takut aku untuk melewatinya. Tapi semenjak berkembangnya zaman, semua cerita itu terasa fiktif belaka, walau kenyataannya begitu.
Kisah yang aku alami berawal dari sebuah persiapan acara sebuah pentas seni yang akan dilaksanakan dua hari lagi tepatnya hari minggu (tanggal dan bulannya lupa). Aku beserta teman-teman yang terdiri dari Rudi, Jajang, dan Maman (nama disamarkan) berencana akan menetap selama satu malam di sebuah lab komputer samping masjid yang semenjak pagi hari sudah dikosongkan ruangannya guna untuk kami membuat spanduk acara. Aku dan teman-teman akan bekerja keras semalaman untuk acara pentas seni besok pagi hari.
Setelah selesai sholat Isya, kami bergegas untuk menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk membuat spanduk yang cukup besar, kira-kira ya, 3 x 1 an. Walau acaranya besok hari, tapi kami kelihatan berleha-leha, maklum, siapa sih yang tidak senang begadang gini hari hingga larut malam menjelang subuh. Tampak kesenangan diraut wajah kami ketika melihat kasur empuk beserta bantal guling dengan beberapa buku bacaan dan sempel contoh spanduk yang sudah dibuat sebelumnya oleh salah satu rekan panitia acara, tergeletak marayu kami untuk bermanja-manja tiduran telengkup sambil membuat guratan kertas menggunakan gunting dan silet membentuk pola tulisan yang akan kami pampang di background spanduk berwarna putih itu.
“Eh, kalian semua, begadang begini mendingan ngopi yuk” ujar Jajang yang dari tadi sudah menyiapkan cangkir dan gelas dari dapur sekolah.

“Ya udah, tapi kopinya belum ada nih… siapa yang mau beli?” Tanyaku yang juga sudah tidak tahan ingin ngopi.

Abdi jeung si Maman we nu ka hareup meuli kopina (Saya dengan Maman aja yang ke depan untuk beli kopinya)” ungkap Jajang menawarkan dirinya bersama Maman dengan menggunakan bahasa sunda sambil meminta uang untuk membeli kopi “Mana duitnya, sini” Akhirnya Jajang dan Maman bergegas ke depan.

Nampak jam sudah menunjukan angka 11 malam lewat. Pekarangan masjid sudah nampak sepi. Aku yang masih beranjak asyik menggunting kertas berwarna yang berpola huruf dan angka bersama Rudi menjadi ngeri, karena tidak ada satupun suara yang terdengar sama sekali. Di depan masjid hanya ada sebuah kolam besar yang konon, penghuninya banyak, dan sering menampakan diri sambil memainkan air. Sedangkan pekarangan masjid yang sering dilewati para santri begitu sepi. Kami berdua hanya bias bergumam sambil memakan cemilan yang sudah dipersiapkan, dan sama sekali tidak pernah memandang jendela mengarah ke belakang gedung  yang begitu gelap. Menyeramkan.
Sudah setengah jam lamanya aku dan Rudi menunggu Jajang dan Maman yang sedang kedepan membeli kopi tidak muncul-muncul juga. Tiba-tiba saja pintu lab komputer terbuka paksa “Brakk!!” tersentak aku dan Rudi ketakutan bukan main. Ternyata itu Jajang dan Maman yang sedang berlari ketakutan karena sesuatu hal yang membuat mereka berlari bukan kepalang. Sambil menghela nafas panjang, Jajang dan Maman pun bercerita apa yang sedang terjadi. Memang, Pesantren kami berada di tengah-tengah pemukiman warga, sedangkan untuk menuju ke jalan raya harus melewati jalan-jalan kecil walau tidak begitu jauh nyatanya. Tapi bila malam hari, penerangan begitu minim, hanya beberapa lampu yang bersinar menyinari jalan-jalan itu, nampak begitu menyeramkan, apalagi kalau ada penampakan, pasti langsung kocar-kacir minta ampun. Nah, begitulah yang dialami Jajang dan Maman, mereka berdua bercerita, bahwa di pertingkungan jalan kecil yang tepat berada tidak jauh dari pesantren atau tepat lab komputer yang kami singgahi ini, terdapat tiga buah pohon pisang yang dimana tingginya kira-kira satu setengah meteran, gelap tanpa penerangan, walau disamping terdapat rumah warga, tapi suasananya sudah cukup membuat bulu roma berdiri.
Ceritanya, Maman dan Ujang sedang melewati jalan setapak menuju jalan raya, dan harus melewati daerah tempat tiga pohon pisang itu berada. Ketika tepat berada di bawah pohon pisang tersebut, Maman merasakan hal yang aneh, seperti ada yang memperhatikan. Menoleh kanan kiri yang ada hanya kegelapan yang menyelimuti ketakutan.
“Pokoknya benar-benar serem, deh” ujar Maman sambil merinding menceritakannya. Aku dan Rudi hanya mendengarkan dan membayangkan saja apa yang sedang diceritakannya. Akhirnya Maman dan Jajang bergegas menuju warung kopi yang berada di ujung jalan seberang. Pas, sudah selesai membeli kopi bungkusan, ternyata mereka berdua harus melewati daerah itu lagi, daerah yang dirasakan Maman seperti ada yang memperhatikan. Jajang waktu itu hanya ingin cepet-cepet sampai ke lab komputer. Pas berada di bawah pohon pisang tersebut, tiba-tiba saja Jajang berhenti mendadak. Maman juga ikut berhenti sambil menyuruh Jajang segera jalan kembali, kalau bisa lari sekalian.

“Man, kamu denger sesuatu tidak, seperti ada suara orang” berkata Jajang dengan nada ketakutan.

“Jang, yang bener napa bicaranya, abdi teh jadi takut mendengarnya, udah jalan aja yuk” ajak Maman untuk segera jalan pada Jajang.

Waktu itu, Maman dan Jajang bercerita katanya suara itu seperti suara perempuan, dan suara itu tepat berada dimana tiga pohon pisang yang berjejer itu berada.

Suara itu begitu jelas sekali, dan akhirnya Jajang menoleh ke atas pohon pisang, dan langsung lari terbirit-birit begitu saja, sambil diikuti Maman dari belakang yang juga ketakutan melihat ekspresi wajah Jajang semrautan. Sampai akhirnya pintu lab komputer dibuka paksa oleh Jajang.

Ternyata, ketika Jajang menoleh ke atas pohon itu, ada sosok katanya putih bertengger di pohon pisang tersebut. Hingga esok harinya, akibat kejadian semalam, kami semua kapok lewat situ malam-malam, dan dengar-dengar daerah situ sudah ada penerangan lampunya, jadi siapa saja yang lewat sudah tidak takut lagi. Sampai sekarang masih berfikir, kok, ada ya, hantu di pohon pisang, tanyaku dalam hati. Tapi itu memang benar-benar terjadi pada kami, dimalam yang sunyi itu.

~Azmi S. N~

1 komentar:

HALLO SEMUA BUAT KAMU PARA PECINTA GAME JUDI ONLINE
KABAR MENARIK NIH !!!

TELAH HADIR GAME PALING FAIRPLAY DAN TERBESAR SE ASIA POKERBINTANG
YANG TELAH BEROPERASI DI INDONESIA DARI 2013 HINGGA SAAT INI DAN MENJADI
SALAH SATU BO ONLINE TERBAIK, BAGI YANG BELUM DAFATR COBA DAFTAR DEH DI SINI :

VERSI HP : http://www.gameiosapk.com/android/poker.apk
VERSI WEBSITE : http://pokerbintang.xyz

MINIMAL DEPOSIT & WITHDRAW CUMA IDR 20.000

"BULAN SEPTEMBER"

- BONUS NEW MEMBER 10%
- CASHBACK MINGGUAN 0,5 % SETIAP MINGGU
- BONUS REFERALL 10%
- FREE T-COIN GRATIS (UNTUK TURNAMEN POKER)

KELEBIHAN
- PALING FAIRPLAY 100% TANPA BOT
- DIMAINKAN 5000 MEMBER ASLI DARI SELURUH INDONESIA
- PROSES DEPOSIT & WITHDRAW 1 MENIT
- 7 GAME TERPOLER (SUPER10 & OMAHA)NEWGAME
- MAINKAN DI SMARTPHONE/ GADGET ANDROID DAN APPLE KAMU

INFO : - WA : +6287772383534
- BBM : D866631B

Posting Komentar

WEB KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

Recent Coment

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)
Bagi yang ingin mengulurkan tangan sebagai donatur, silahkan kunjungi grup dan bergabung (Klik Gambar)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More