About this blog

Kamis, 29 Desember 2011

Sebuah Ingatan, Sebuah Keinginan (Menikah)


Menjelang subuh tiba-tiba saja saya terusik oleh sebuah ingatan yang membuat saya tersenyum.Begitu gregetnya saya ingin menulisnya hanya untuk sekedar bahan memorial yang tak akan pernah dilupakan.

Menjelang jam 12 malam, saya mendapat Pesan Singkat dari seorang teman dari FLP. katanya dia tidak sengaja meng-add akun facebook yang mengaku bernama 'Azzam' tapi nama akunnya tidak saya kenal sama sekali. dia mengira itu punya saya. Padahal saya hanya mempunyai tiga akun facebook. Yang satu saya sudah tidak pernah memakainya lagi, dan sekarang hanya tinggal dua saja digunakan.

Penasaran. Ya, saya memang penasaran siapa 'Azzam' pemilik akun itu. selanjutnya saya mendapatkan Pesan Singkat kembali. kali ini dia lupa pasword Facebooknya. Sebenarnya saya juga lupa pasword miliknya yang waktu itu saya bantu mencoba membenarkan akun facebooknya. akhirnya saya mencoba dengan mengingatnya dengan menyelusuri alamat Emailnya, dan berhasil. Saya dapat membuka Facebooknya. dari situ saya semakin penasaran. Saya lalu membuka list inboxnya saya tanpa harus melihat isi dari setiap pesan yang masuk. dari deretan nama dan foto yang ada, mata saya tertuju pada sebuah photo laki-laki yang sebenarnya sudah tidak asing lagi siapa dia. dia adalah sahabat satu organisasi dakwah (Saya hanya seorang laki-laki biasa) yang cukup dikenal pada masa SMA. Dari situ saya mulai mengingat kembali pada masa itu.

Dulu, ketika masih masa SMA. Masa di mana saya selalu menempuh hidup serba sibuk. Tipikal saya memang pendiam, tapi kadang ada waktu saya begitu cerewet bila sedang menghadapi sebuah permasalahan. Kuping panas, hati gerah? mungkin itu yang terlintas dari hasil ocehan saya. Sebenarnya saya hanya mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi teman-teman. kita lewati saja.

Jadi, yang saya ingin tulis adalah kisah kekonyolan kita pada masa itu. ketika dari SMA sudah memikirkan jalan masa depan masing-masing yang pastinya berbeda, tapi ada satu perencanaan yang luar biasa kita begitu kompak memikirkannya. Apakah itu? sebuah pertanyaan dari masing-masing dari kita untuk kita sendiri "Kapan kita menikah?" konyol bukan, tapi bagi kita ini penting, hehe.

Setiap kali rapat, dan berkumpul. Pasti ada saja bahan spesial yang selalu kita bahas bersama-sama yaitu tadi, "Kapan kita menikah?", padahal tidak ada di jadwal agenda loh. Siang itu dalam teriknya matahari, di sebuah masjid yang selalu dijadikan tempat kita rapat. Saya dan seorang teman  sedang asyik duduk di teras diiringi sepoinya angin hingga membawa pada rasa kantuk yang amat sangat. tapi mau bagaimana lagi, kita akan mengadakan rapat. Seminggu sebelumnya sudah dapat jarkoman dari tukang jarkom bahwa hari ini kita akan rapat dengan bahasan agenda bla..bla..bla.. yang akan dipimpin oleh bla..bla..bla. 

"Membosankan paling juga ngaret lagi" kata teman saya.

"Tenang aja paling juga setengah jam lagi pada datang semua" padahal biasanya yang datang cuma tiga, atau sampai lima orang saja. Sedangkan anggotanya aja mungkin ada puluhan. kemana tuh.

Ujung-ujungnya kita ngobrol gak karuan, alias curcol. Ketika asyik bincang-bincang tiba-tiba datang seorang akhwat dari sekolah bla..bla..bla.. dengan menggunakan busana muslim super rapi dan menggunakan kerudung panjang sedang berjalan masuk ke dalam masjid. Otomatis kita langsung berpaling darinya sejenak. Si Akhwat berlalu begitu saja, dan kepala kembali di putar pada tempatnya semula.

Mulai deh pembicaan sebenarnya.

"Eh, itu si Fulan yang dari sekolah bla..bla..bla.. itu ya?" kata saya.

"Ya, subhanallah ya, kapan ya kita mendapatkan seorang akhwat seperti itu" balas teman saya dengan sebuah keinginan yang luar biasanya itu. Saya juga ngarep banget.

ketika itu muncul lagi akhwat dengan busana yang hampir sama namun dengan motif yang berbeda sambil memarkirkan motornya di halaman masjid. Lagi-lagi kita memutarkan kepala kita hampir 90 derajat ke arah samping masjid yang hanya ada hamparan rerumputan. Si akhwat masuk begitu saja  sambil menundukan kepala dari kita. Kepala kita kembali diputar pada tempatnya. Capek deh.

"Duh, Subhanallah lagi deh. benar-benar wanita sholehah. Kapan ya kita bisa menikah?" berandai-andai.

"Insya Allah nanti" kata saya, sambil melirik-lirik ke dalam masjid. Kali aja gak sengaja melihat wajahnya hehe. Ada-ada aja.

begitulah kekonyolan yang mungkin hanya sebuah andai-andai, tapi sebenarnya adalah sebuah cita-cita yang cukup luar biasa kita renungkan dan kita impikan, tidak ada yang mustahil selagi kita tetap berusaha.

Selepas masa SMA begitu juga, sama saja topiknya. ketika kita saling bertemu dalam sebuah Forum Alumi  dari organisasi kita yang lama. Hanya saja lebih mendalam kepada pernikahan, dan pekerjaan. Beserta perkuliahan. Tetap saja perbincangan sebuah pernikahan lebih mendominasi. Malah dari kita sudah ada yang menikah. Itupun sepenuhnya akhwat-akhwatnya. tinggal ikhwan-ikhwannya saja yang pada belum menikah. Ada apa gerangan?.

Dulu saya pernah ikut seminar tentang pernikahan yang di bawakan oleh seorang motivator asal Bandung Abi Fahri Nabhan Rabhani yang waktu itu di adakan di gedung Robbani, Rawamangun Jakarta, itu pun saya dapat undangan dari seorang akhwat yang juga dulunya satu organisasi. Di sana kita mendapat binaan bagaimana hati kita untuk bisa memantapkan diri untuk menikah. Yaitu dengan cara keyakinan Illahiyah. keyakinan yang berlandaskan kepada Allah. Pada sebuah seksi acara ke sekian, ada sebuah pertanyaan dari Abi Fahri, "Kamu Siap Menikah?" dan itu ditunjukan kepada semua peserta. Lalu pertanyaan itu ditanyakan satu-satu kepada kita. Yang menyedihkan waktu itu, peserta laki-lakinya hanya saya dan teman saya. Sisanya perempuan semua. Kemudian pertanyaan itu dilontarkan kepada saya, dan saya hanya bilang "Tidak tahu" hening. Kemudian Abi fahri berkata "Tuh lihat, perempuannya saya kasih pertanyaan ini pada diam. perempuan bila ditanya tapi diam, pasti itu menandakan dia siap. Nah, kamu sudah siap tidak? kalau siap tinggal kamu pilih permpuan mana yang kamu inginkan" lagi-lagi saya hanya bisa menjawab "Tidak tahu" tiba-tiba dari sudut kanan belakang dari barisan perempuan ada yang berdiri dan berkata "Ah, laki-laki gak ada yang berani, ustadz!" lantang jelas dan membuat saya tersindir habis.

Sebenarnya saya sudah menyatakan kepada orangtua untuk berkeinginan menikah. Tapi, ternyata saya belum di izinkan untuk menikah. Ada sesuatu dari orangtua termasuk Ibu mengharapkan saya untuk lebih dan lebih bisa membahagiakan orangtua dulu. Demi berbakti kepada orangtua, saya turuti kemauan mereka hingga sekarang. Akan tetapi, suatu saat nantinya pasti saya akan tanyakan kembali dengan sudah mempersiapkan calon isteri yang tepat. Amin. 







“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)


“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat 49)


“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra 32)


“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)





“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

1 komentar:

Posting Komentar

WEB KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

Recent Coment

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)
Bagi yang ingin mengulurkan tangan sebagai donatur, silahkan kunjungi grup dan bergabung (Klik Gambar)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More