About this blog

Selasa, 18 Januari 2011

SENJA


Ketika  berada di luar kota, mendadak sebuah berita mengejutkanku sehingga mengharuskan kembali ke Jakarta. Sebuah mobil sedan oleng, hingga akhirnya menabrak dirimu, Ninda.
Di Rumah Sakit, dirimu selalu saja termenung memandang jendela dengan tatapan kosong. Aku tidak kuasa melihatmu terkulai tersiksa begini. Pasca kecelakaan itu, rencana pernikahan kita dibatalkan oleh pihak keluargaku yang mana mereka memandang sebelah mata pada dirimu. Kaki kananmu diamputasi karena radang infeksi pada retakan tulang, dan tidak bisa lagi disembuhkan. Orang tuaku malu mempunyai menantu yang cacat fisiknya. Namun aku juga malu atas sikap orangtuaku yang hanya mementingkan kesempurnaan. Aku malu padamu.
*****
“Ninda merindukan kembali melihat indahnya laut biru bersamamu. Bisakah keinginan Ninda tercapai, Mas.?” memandang  kearah luar jendela.
Aku hanya bisa menahan tangisan melihat keadaanmu seperti ini. ingin aku katakan padamu, ‘sudahi saja cinta kita selama ini, biarkan tersapu angin masa lalu’.
Dalam peraduan aku bermunajat kepadaMu, Tuhan. Untuk memberikan jalan yang terbaik bagi kami berdua. Deraian air mataku memohon untuk melunakan hati  kedua orangtuaku. Aku pasrah.
*****
Lihatlah burung-burung camar itu, senja,
Berterbangan di atas perahu sang nelayan,
Mengiringi kepergian ke tengah laut badai menerjang malam,
Rasa syukur bila ikan-ikan di laut menari menanti rembulan,
Bergulat lelah hanya pelampiasan membawa hasil,
Begitulah cinta, dia selalu mengiringi manusia,
Nampak kepermukaan disinari cahaya kasih sayang,
Tak akan hilang kerinduan menjelma bidadari,
Memperjuangkannya segenap ketulusan hati,

Di bibir pantai memandang deburan ombak laut biru, aku menyimak puisi darimu. Tentang perumpamaan cinta. Siapa sangka hati ini terlarut oleh denyutan syair  yang memukau.
Sambil mendorong kursi roda mengitari indahnya pantai yang memutih, aku melihat didekapan tanganmu masih tersimpan kenangan lama kita, sebuah cincin pertunangan melingkar erat di jari manismu. Ternyata selama ini dirimu masih menjaga cinta itu dilubuk hatimu. Aku kagum dan bangga andai mempunyai isteri sepertimu, Nanda. Sebuah permata tak ternilai harganya, dan tidak tergantikan. Rugi aku bila kehilanganmu.
Baiklah, ini keputusanku dan tidak ada keraguan. Aku akan menikahimu! Walau kursi roda menjadi tumpuan langkah bersama dirimu yang selalu tersenyum menikmati hari-hari  hingga  tenggelamnya senja.  janjiku padamu, dan orangtuaku. 

0 komentar:

Posting Komentar

WEB KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

Recent Coment

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)

KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Jalanan)
Bagi yang ingin mengulurkan tangan sebagai donatur, silahkan kunjungi grup dan bergabung (Klik Gambar)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More